Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini.
Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan.
Insan yang menyedari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.
Mukmin Sejati Itu Dermawan
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah.
Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah.
Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati.
Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)
Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)
Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan
Ads
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)
Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus.
Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat.
Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.
Oleh kerana itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama.
Iaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.
Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan
Ads
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya.
Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:
1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:
كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به
“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)
Ads
2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)
Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain.
Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.
Amalan bersedekah yang amat dianjurkan Islam sememangnya akan mendapat ganjaran pahala yang besar.
Sedekah ialah pemberian semasa hidup kepada seseorang tanpa ada tukar ganti atas dasar semata-mata kerana mendekatkan diri kepada Allah.
Hukum bersedekah itu adalah sunat. Ketika melakukan amalan bersedekah, kita perlulah ikhlas kerana Allah bukan disebabkan sesuatu seperti kerana nama atau asal bersedekah sahaja.
Supaya perbuatan bersedekah itu tidak menjadi sia-sia dan sentiasa ‘mengalir’ ada sedekah-sedekah yang boleh dijadikan saham akhirat.
Berikut perkongsian Najmi Farisham tentang bagaimana untuk mendapatkan ganjaran pahala yang berterusan melalui bersedekah.
Ada seseorang hantarkan nasihat ini di grup WhatsApp kami. Jadi aku terjemahkan ke bahasa Melayu mengikut kesesuaian masyarakat kita.
Katanya ada ENAM cara untuk memastikan pahala sentiasa mengalir masuk walaupun setelah kita meninggal dunia nanti:
1. Wakafkan mushaf al-Quran di mana-mana surau, masjid, sekolah tahfiz dan agama.
2. Dermakan kerusi roda untuk kegunaan di rumah kebajikan atau rumah sakit.
3. Ambil bahagian dalam pembinaan masjid walaupun sekadar infak RM10.
4. Sediakan air mineral di tempat awam seperti taman, pantai dan lain-lain kawasan orang berkumpul. Mudah jika mereka dahaga, dapat melegakan kering tekak.
Di Arab Saudi, mereka mengagihkan air mineral ketika kereta berhenti di lampu isyarat. Letakkan di depan pintu masjid, kedai-kedai dan juga di jalanan.
5. Tanam pokok untuk kemudahan orang ramai mengambil manfaat daripadanya seperti berteduh dan memetik buah. Bahkan haiwan pun dapat merasa tempiasnya juga dengan membuat sarang di atasnya.
Dan yang paling senang lagi adalah, kongsi dan sebarkan kepada rakan kalian semua. Mereka baca dan amalkan hasil perkongsian kita. Mudah-mudahan dikira sebagai amalan baik oleh Tuhan yang Maha Berkuasa.
Sumber Kredit: FB: Najmi Farisham
Isian rohani buat semua peringkat umur, semoga kita KASHOORGA bersama. Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
Subhanallah Alhamdulillah, kedatangan Ramadan membawa rahmat dan keampunan yang tidak terhingga oleh Allah SWT kepada hamba-hambaNya.
Betapa cepatnya masa berlalu, sedar atau tidak, kita telah memasuki fasa terakhir di bulan Ramadan.
Antara ganjaran yang Allah SWT janjikan ialah keampunan, dibukakan pintu-pintu Syurga, dibebaskan daripada Neraka, dimakbulkan doa dan terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan iaitu Lailatul Qadar.
Terjemahannya: “Sesungguhnya berjayalah bagi orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih supaya bertambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya rugilah bagi orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih tetapi susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).” (Surah al-Syams: 9 dan 10)
Walau bagaimanapun, sungguh masih ramai yang tidak merasakan apa-apa dengan keberadaannya di bulan Ramadan ini.
Amatlah rugi bagi mereka yang berpeluang bertemu dengan Ramadan, tetapi tidak memperoleh keampunan daripada Allah SWT.
Maksudnya: “Ketika Nabi SAW menaiki mimbar, Baginda SAW bersabda: “Amin, Amin, Amin (sebanyak 3 kali).” Baginda SAW ditanya: “Wahai Rasulullah, apabila engkau menaiki mimbar, engkau telah berkata amin, amin, amin.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Jibril a.s. telah datang kepadaku, lalu dia (Jibril) berkata: Barangsiapa yang bertemu dengan bulan Ramadan tetapi tidak diampunkan baginya maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka serta dijauhkan (daripada rahmat) oleh Allah SWT. Jibril berkata: Katakanlah (wahai Muhammad): Amin. Maka aku katakan: Amin.” (HR Ibnu Hibban. Status Hadis: Sahih)
Antara golongan yang dikategorikan sebagai orang yang rugi dalam bulan Ramadan:
MENINGGALKAN SAHUR
Daripada Abi Said al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda: السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ Maksudnya: “Makan sahur itu berkat, maka janganlah kalian tinggalkan meskipun salah seorang daripada kalian hanya minum seteguk air, kerana sesungguhnya Allah 'azza wajalla dan para malaikat-Nya berselawat kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR Ahmad. Status Hadis: Sahih)
Seterusnya, daripada Amru bin al-‘As, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahannya: “Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah solat tahajud sebagai solat tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkitkan dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji.” (Surah al-Isra’: 79)
Manakala hadis daripada Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
Maksudnya: “Sesiapa yang melakukan qiam (mendirikan) Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ganjaran serta keampunan, akan diampunkan buatnya dosa-dosa yang terdahulu.” (HR al-Bukhari. Status Hadis: Sahih)
Maksudnya: “Nabi SAW merupakan orang yang paling pemurah dengan kebaikan dan sifat pemurahnya semakin memuncak dalam bulan Ramadan, ketika Jibril menemui Baginda.” (HR al-Bukhari. Status Hadis: Sahih)
Selain itu, hadis daripada Zaid bin Khalid, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda: مَن فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِن أَجْرِ الصَّائِمِ شَيئًا
Maksudnya: “Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa maka baginya pahala seumpamanya tanpa sedikitpun kurang pahala orang berpuasa.” (HR al-Tirmizi. Status Hadis: Hasan Sahih)
4. MELAKUKAN PEMBAZIRAN KETIKA BERBUKA PUASA
Firman Allah SWT: إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوْٓا إِخْوَانَ الشَّيٰطِينِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُورًا Terjemahannya: “Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Surah al-Isra’: 27)
5. MENUNGGU WAKTU BERBUKA PUASA TANPA BERDOA
Daripada Abdullah bin ‘Amr r.a. berkata bahawa Nabi SAW bersabda:
Maksudnya: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa itu ketika dia berbuka, doa yang tidak akan ditolak.” (HR Ibnu Majah. Status Hadis: Hasan) Terdapat juga hadis yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. berkata bahawa Nabi SAW bersabda:
Maksudnya: “Tiga golongan doa mereka tidak akan ditolak iaitu pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sehingga dia berbuka dan doa orang yang dizalimi.” (HR Ibnu Majah. Status Hadis: Hasan)
6. TIDAK MENYEGERAKAN BERBUKA PUASA SETELAH MASUK WAKTUNYA
Ini berdasarkan sebuah hadis daripada Sahl bin Sa’ad r.a., bahawa Nabi SAW bersabda:
Maksudnya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji (dusta) serta mengamalkannya, maka Allah tidak berhajat orang itu meninggalkan makan dan minumnya.” (HR al-Bukhari. Status Hadis: Sahih)
Dalam sebuah hadis yang lain ada menyebut, Abu Hurairah r.a. menyatakan bahawa Nabi SAW bersabda:
Maksudnya: “Allah berfirman: Setiap amalan anak Adam adalah untuk diri mereka kecuali puasa. Sesungguhnya ia untuk Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa itu perisai. Seandainya seseorang berpuasa pada suatu hari, janganlah dia berkata perkataan yang kotor dan meninggikan suara. Seandainya seseorang mencelanya atau mengajaknya bergaduh, katakanlah: “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR Ibnu Hibban. Status Hadis: Hasan)
Maksudnya: “Puasa dan al-Quran kelak pada hari kiamat akan memberi syafaat kepada seorang hamba. Puasa berkata, “Duhai Rabb, aku telah menahannya daripada makan dan nafsu syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya.” Dan al-Quran juga berkata, “Aku telah menahannya daripada tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya.” Baginda melanjutkan sabdanya: “Maka mereka berdua (puasa dan al-Quran) pun akhirnya memberi syafaat kepadanya.” (HR Ahmad. Status Hadis: Hasan)
Begitu juga dengan hadis yang lain, Nabi Muhammad SAW bersabda:
Maksudnya: “Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca (bertadarus) al-Quran, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya.” (HR Muslim. Status Hadis: Sahih)
Maksudnya: “Sesiapa yang berdiri (bersolat tarawih) bersama imam sehingga dia (imam) beredar (selesai), dituliskan baginya ganjaran orang yang qiam semalaman (seumpama bersolat sepanjang malam).” (HR al-Tirmizi. Status Hadis: Hasan Sahih)
10. MENINGGALKAN SOLAT SUNAT WITIR
Nabi SAW pernah mewasiatkan kepada Abu Hurairah r.a. untuk melazimi solat sunat witir sebelum beliau melelapkan mata. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Abu Hurairah r.a.:
Maksudnya: “Kekasihku (iaitu Muhammad SAW) mengingatkanku supaya melakukan tiga perkara iaitu berpuasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat dhuha dan melakukan solat witir sebelum tidur.” (HR al-Bukhari. Status Hadis: Sahih)
Begitu juga berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Jabir r.a., bahawa Rasulullah SAW bersabda:
Maksudnya: “Sesiapa yang takut tidak terbangun pada saat akhir malam, dia hendaklah bersolat witir lebih awal, dan sesiapa yang bersungguh-sungguh untuk bangun pada akhir malam dia hendaklah bersolat witir pada akhir malam. Sesungguhnya solat pada akhir malam disaksikan (dihadiri oleh para malaikat) dan itu adalah yang afdhal.” (HR Muslim. Status Hadis: Sahih)
Sekarang ini musim hujan dan ada sesetengah tempat dilanda banjir. Bila melibatkan banjir, banyak kemusnahan harta benda berlaku. Kalau ada saudara mara kita terlibat dan diuji dengan banjir begini, sebagai umat Islam, marilah kita membaca doa ini beramai-ramai.
Perkara pertama yang harus kita lakukan ialah berdoa dan beristir’ja maka sebutlah :
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’un
“Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepadaNya”
Ayat ini diambil dari surah al Baqarah ayat 156 yang bermaksud “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innalillah wa inna ilayhi raji’un. (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali).
Dalam hal musibah ini, Ummu Salamah R.A berkata bahawa dia mendengar Rasulullah S.A.W bersabda:
Maksudnya: “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, “Innaa lillahi wainnaa ilaihi raaji’uun allahumma`jurnii fii mushiibati wa akhlif lii khairan minhaa (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).’ melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik”. Riwayat Muslim (918)
Selepas itu, hendaklah kita membaca doa ini beramai-ramai agar banjir besar ini surut dan hujan berhenti dengan kadar cepat.
Maksudnya: “Dan (setelah binasanya kaum kafir itu) diperintahkan kepada bumi dan langit dengan berkata: “Wahai bumi telanlah airmu, dan wahai langit berhentilah dari curahan hujanmu”. Dan (ketika itu) surutlah air, serta terlaksanalah perintah (Allah) itu. Dan bahtera Nabi Nuh itupun berhenti di atas gunung “Judi” serta diingatkan (kepada kaum kafir umumnya bahawa): “Kebinasaanlah akhirnya bagi orang-orang yang zalim”. (Surah Hud: 44)
Imam Ibn Katsir Rahimahullah berkata: “Allah Taala memberitahu bahawa sesungguhnya dia, apabila telah tenggelam warga bumi melainkan mereka yang berada di atas kapal, mengarahkan bumi supaya menelan airnya yang telah keluar daripadanya dan berhimpun di atasnya, dan langit untuk berhenti daripada terus menurunkan hujan.” Rujuk Tafsir al-Quran al-`Azhim (4/323)
Berdasarkan ayat di atas, ayat ini menunjukkan perbuatan Allah Taala mengarahkan bumi dan langit untuk menyurutkan banjir yang berlaku pada zaman Nabi Nuh. Ini juga menunjukkan kehebatan dan keagungan Allah Taala sebagai Pentadbir Hakiki bagi bumi dan langit sedangkan kekufuran manusia itu tidak sedikit pun menggugah kebesaran Allah Taala. (sumber rujukan Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan)
Isian rohani buat semua peringkat umur, semoga kita KASHOORGA bersama. Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
Malam Lailatul Qadar berlaku pada 10 akhir daripada malam ganjil di bulan Ramadan sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud: “Carilah Lailatulqadar pada sepuluh akhir bulan...